Wednesday 14 May 2014

Rancauan Rindu

Ini larut mataku kian kusut.
Nadiku masih kamu,debarku memanggilmu dan nafasku menghirup rindu.
Teruntuk kamu yang mungkin tengah bermimpi atau sedang mengangkat sloki, disaat seperti ini rindu ini berbunyi.
Tengah duduk didepan kaca,aku.
Disudut otak menari,kamu.
Rindu tak kenal waktu,dia datang seperti peluru dan aku rusa yang berlari mengelak dari itu.
Kadang bodoh diri yang tak dapat mengelak dari rindu,tapi rindu juga seperti takdir yang harus dilalui.
Aku rindu kamu, kamu tidak rindu jingga surya fajar kita. Mungkin dia sudah dewasa sekarang karena kita sudah tidak pernah menemuinya. Atau barang kali dia sudah menjelma menjadi titik titik embun. Sebab aku dan mungkin juga kamu hanya melihat pendar lampu kota saat ini dan fajar ingin tetap menemani.
Kamu tidak rindu cangkir kecil kita ? Kamu tidak rindu mengecupnya berkali kali dan mendekapnya ? Atau kamu sudah rela dia dikecup orang lain ? Atau sudah ada cangkir yang lebih manis disana ?
Banyak yang aku rindu darimu, setiap jengkalmu aku mengenalnya dan membuatku candu. Bahkan aku masih sering mengucap katamu.
Aku benar benar merindumu, bagaimana kamu bisa menahan rindumu ? Atau kantung rindu dalam hatimu bocor sehingga dia tercecer di jalanan kotamu. Sampai rindu itu terinjak lalu lalang kendaraan atau memuai kelangit karena panas. Namun saat aku kesana aku tidak menemukan apa apa. Sekalipun jejakmu,itu tidak ada.
1 note

No comments:

Post a Comment