Wednesday 14 May 2014

Kamu.

Geliat malam tanpa tahu kapan pagi datang. Hujan sudah berhenti jatuh, mungkin kemarau terlambat datang.
Detak jam berbunyi lebih kencang dari biasanya,entah karena kafein atau kamu mata ini sulit dipejamkan.
Aku masih terjaga,mengekspektasi bagaimana rasa telapak tangan yang mengusap rambut panjang yang keemasan itu. Mungkin dia jauh lebih lembut dari sutra. Mungkin juntaian panjangnya adalah kekasih angin. Angin yang memicu cemburu karena dia selalu dengan mudah membelainya.
Belum lagi matamu,yang didalamnya adalah jurang dimana aku ingin jatuh didasarnya. Aku ingin ringkuk didalamnya dan tak mau bangun lagi. Biarlah dia menjadi cerminku, yang tahu segala salah dan kurangku.
Bibir yang menyeletuk gurauan lucu,menggelitik kalbuku. Yang mungkin menjadi pengoreksi ketika aku salah. Akupun cemburu ketika ia mengecup berkali kali cangkir favoritmu.
Kamu bukan yang tercantik,namun ketahuilah bahwa mataku merasa nyaman menatapmu. Bahwa sosokmu yang membuat bola mataku bergulir kekanan juga kekiri mencari hadirmu.
Aku tidak tahu sejak kapan namun hadirmu adalah warna baru. Kini hatiku berisikan pelangi monokrom seperti eden dan bunga bunganya yang wangi sementara kamu menerjangnya begitu saja.

No comments:

Post a Comment