Wednesday 23 July 2014

Bahagia ke Dua Satu.

Hai, aku hampir lupa untuk ulang tahunmu tahun ini.
Mungkin sekarang kamu sudah dewasa, sebab ini tahun ke duapuluh satu. Aku pikir kamu sedikit lebih tinggi. Aku yakin cantikmu menjadi jadi.
Disana lebih indah dari sini ya ? Disana mungkin krisan kuning bertebar di ladang yang luas. Apa disana ada mawar tak berduri ? Tolong petikkan, aku ingin memberikannya kepada kekasihku, atau tolong kamu taruh disamping bantalnya.
Selamat ulang tahun, bagaimana kamu merayakannya disana ? Ada steak setengah matang ? Atau mie instant dengan telur ? Maaf, aku tidak bisa menemanimu makan itu, jadi makan saja kuning telurnya. Itu juga enak dan kamu tidak boleh membuangnya.
Kamu sudah punya motor baru kan ? Iya, kamu boleh mengendarainya tapi ingat ya tidak boleh lebih dari 50 km per jam atau aku marah.
Pagi yang dingin disini, tapi masih ada beberapa bintang yang berpendar di langit, membentuk sebuah konstalasi. Apa kamu juga melihatnya dari sisi lain ? Atau disana sudah siang ? Dengan langit biru dan beberapa awan yang lari dihempas udara ?
Apapun itu, bagaimanapun itu semoga kamu bahagia disana, semoga surga lebih berwarna dan tidak ada yang bisa menyakitimu disana. Menarilah bersama angin, melompatlah dan lakukan saja apa yang kamu suka, sebab kamu sudah di surga. Lin, terkadang aku masih rindu pekik tawamu dan aku ingin mendengarnya. Tapi baiklah kamu sudah disana. Aku disini mendoakanmu. Bahagialah untuk tahun ke dua satu. Selamat ulang tahun.

Untuk Angelina Permatasari yang di Surga

Thursday 3 July 2014

Maaf Tentangnya

Maaf, hatiku mati.
Sebab rupa rupanya mencintaimu adalah bohong.
Aku berdosa, sebab aku berbohong.
Aku berbohong pada diriku.
Bahwa kau dapat hidup didalamku.
Sebab aku telah mati.
Otak dan hatiku sudah busuk.
Aku hanya bernafas dan berjalan.
Namun aku telah mati.

Maaf, memberimu luka.
Sebab dia masih hidup didalam aku dan kau tak bisa menggantikannya.
Sebab aku berdusta telah berkata bahwa aku mencintaimu, namun hatiku tetaplah dia.
Maaf aku hanya memberimu luka.
Mungkin aku hanya menghidupkan kecewa, namun bukankah aku jujur jika telah mengaku tak mampu melepaskannya.
Sekalipun dia telah pergi, namun hatiku mengharapnya kembali.

Terima kasih, kau telah menamparku.
Bukan dengan tanganmu, melainkan tanyamu.
Tanya yang menyadarkanku bahwa aku belum meninggalkannya.
Jejak jejaknya masih ada diotakku.
Bukan hanya seperti tanah basah yang terinjak, jejaknya terukir.
Waktu yang dilalui bersamanya begitu menggaris.
Sebab aku tak menemukanmu baik di hati maupun pikiranku, aku mencari. Namun aku hanya menemukannya.
Maaf, aku telah memberimu kecewa.