Saturday 31 May 2014

Jatuh Kepadamu

Dalam cinta aku sayu merayu.
Aku mudah merancu.
Aku menggumam dalam biru.

Aku jatuh cinta kepada kamu.
Yang menerjang kabut kelabu.
Idaman yang membawa sejumlah harapan baru.

Kamu cantik dan senyummu lucu.
Aku tenggelam meski matamu begitu sayu.
Tatkala jingga langit melukis indahnya kamu.

Ijinkan aku untuk merayu.
Biar engkau menjadi bait pada tulisanku.
Biar daun daun terhempas membawa ucapku.

Demi Tuhan,aku ingin memilikimu.
Bagaimana tidak, kau begitu mudah untuk merayu.
Menggelitik hati yang tadinya beku.

Kau telah mengalir dalam syahdu.
Kau hidup dan berputar dalam otakku.
Kau seperti nadi yang menghidupi surga surga hatiku.

Kamu.
Lukisan pada langit biru.
Bersamamu hidup tak lagi abu abu.
Sebab kau , bahagia yang telah memberi warna dalam hidupku.

Friday 30 May 2014

Kenapa Saat Senja ?

Dibalik bayang senja, aku sedang menatap yang begitu merona. Deru terkadang membawa debu sebab angin selalu membawa rindu. Sore ini begitu indah dan langit begitu merah, aku pikir hanya hujan yang mampu membanting saka dan menariknya untuk kembali.
Daun telah banyak yang menguning sebab ini musim panas. Burung membuat formasi diatas langit, mungkin mereka sedang pamer jika mereka bersama sedang aku sendiri. Kendaraan kencang berlalu lalang dijalan, seharusnya aku merasa bising. Sepi seakan merantai.
Aku ingat, disebuah jalan dikota ini. Kita sedang duduk ditepiannya menikmati cangkir hangat yang kau dekap dengan jemarimu. Sebab hari itu larut dan hujan baru saja reda. Kita sengaja berlama lama saat malam merayap menuju pagi sebab orang tuamu sedang pergi, entah kemana. Kita bercerita ngalor-ngidul , entah apa saja yang keluar dari mulut kita. Sesekali kau  terdiam dalam kata dan sesekali aku tenggelam dalam mata.
Indah perkara sederhana, seakan bersama penangkal petaka. Aku dn kamu yang menikmati setitik gerimis setelah hujan tak lagi ada sendu dicelahnya. Bahagia tak lagi hal sulit untuk didapati ketika cinta menerka rindu hadir disisi nirwana.
Tapi seolah waktu berusaha merampas semua bahagia yang ada pada kita, waktu terlalu menina bobokan kita, mimpi adalah nyata dan begitu sebaliknya. Ketidak terimaan dari nyata kini menampar kita. Aku dan kamu begitu beda seolah tak ada sama yang menguatkan kita. Ego menjadi bumbu penyedap rasa entah kemana bahagia tercecer sekarang.
Aku dan kamu tak lagi kita. Aku pikir itu indah namun logika selalu salah dan perasaan yang memenangkannya. aku tumbandalam keterpasrahan dan sekarang tunduk pada kebaikan yang mengecoh. Tidak kah kau bahagia disana ? Semoga tidak.

Monday 26 May 2014

Jangan Memohon Kembali

Senja yang sama, ranting yang dulu ada kini terpangkas.
Waktu telah banyak berubah.
Kehilanganmu begitu menyadarkanku.
Seperti tamparan saat mimpi masih menggantung diatas kening.

Bersamamu hariku hanyalah sesuatu yang sama.
Kebahagiaan seolah tak mau lepas.
Entah dimana segala duka kau hempas.

Kau adalah alasan dari segala nafas.
Baik yang menyempurnakan dan tawa yang meriangkan.
Kau adalah alasan dari segala denyut.
Bulir dari setiap darah adalah engkau, dan kepadamu detak ini menghamba.

Mungkin tanpamu aku tak akan mati.
Namun apalah arti hidup jika aku hanya sepotong yang tanpa kamu ?

Mungkin aku akan menopang rindu.
Mungkin rindu yang begitu banyak.
Mungkin rindu yang begitu berat.
Rindu yang akan memakuku segala langkahku menuju padam.

Kekasih, aku tidak berada dalam pelukmu lagi.
Namun ketahuilah, aku tidak akan memohon untuk kau kembali.
Sebab bagiku, kau telah menetap didalam hati.

Tuesday 20 May 2014

Rindu Tak Bersamamu

Aku datang, dimasa yang tak bergerak.
Hujan menggantung dan tak menghantam tanah.
Angin tak bertiup namun daun condong tidak diposisinya.
Waktu mungkin tentang kamu, dan menghentikannya mungkin caraku berlama lama bersamamu.
Mungkin tahun sudah berlalu, ini kali keberapa dimana kamu tak ada.
Menerjang kembali waktu hanyalah cara untuk bertemu kamu.
Ketahuilah,hanya dengan rindu aku memberdayakan diri atas segala ketidak mungkinan.
Adakah kaca dihadapanmu ? Sebab kamu tidak dapat melihat matamu sendiri.
Sesungguhnya juga kamu masih mengerti,didalam bola itu aku masih hidup dan tak dapat kau ganti.
Kau begitu acuh kepadaku yang hidup didalammu.
Tidakkah kau mengacuhkan kehidupanmu sendiri ?
Sayang, ini rindu dan waktu tak henti berseteru.
Semoga kamu tahu,saat waktu telah benar benar merampasku.
Aku dan rindu sudah tidak lagi bersamamu.

Saturday 17 May 2014

Jangan Kotori Mimpi Dengan Masa Lalu

Awal yang baru dari hidup.
Aku merasakan bumi berputar.
Fajar masih disana dan selalu bergerak,menjadi senja.
Semangatku tak habis.
Ini masa depan yang panjang.

Hidup hanya seperti belati, potong saja yang bisa dipotong dan simpan yang baik.
Tuhan tidak hanya diam,Ia yang memperhatikanku dan mataku adalah matanya,jadi dia melihat apa yang aku lakukan.
Hidup baru,awal yang baru jangan kotori mimpi dengan masa lalu.

Wednesday 14 May 2014

Do'a Seorang Hamba

Aku serahkan segalanya pada-Mu, karena segalanya baik ditangan-Mu. Aku percaya takdir yang Kau tuliskan kepadaku. Maka dari itu aku berserah kepada-Mu.
Biarkan aku yang kotor ini menemui-Mu, Kau maha mendengar jadi pasti Kau mendengarku
Jadikan aku pribadi yang baik dan berguna.
Jadikan bahagia datang kepadaku.
Jadikan mereka bahagia atas apa yang membuatku bahagia.
Jadikan rezekiku melimpah dan buatlah itu berguna.
Jadikan pula rezeki mereka, saudara,kerabat dan sahabatku tak kalah melimpah.
Jadikan orang tuaku bangga terhadapku dan beri mereka sehat.
Jadikan yang baik menjadi lebih baik dan yang buruk jadi membaik.
Engkau adalah kuasa dari segala. Terima kasih mengijinkanku menghadap-Mu malam ini, Terima kasih sehat dan rizki yang Engkau anugerahkan. Aku hamba-Mu bersyukur atas segalanya malam ini.
Amien.

Mungkin Tanpa Kamu

Rindu sudah tak berseru lagi, kepadamu segala ragu mulai tertaruh.
Padahal dahulu menantimu aku tak mengeluh.
Ada ribu harap yang berdiam dalam peluh.
Hari ini hujan berhenti lebih cepat dari biasanya.
Dalam segala ragu aku buang rinduku ke udara.
Sebab kamu, aku tak lagi memiliki asa.
Daun pohon masih basah.
Aku tak lagi menceritakan hariku padanya.
Sebab dia hanya akan diam.
Tak ada panas yang membuatnya memuai kemudian bergerak.
Merindumu kini bukan lagi kegiatanku.
Sebab merindumu tidak lagi berguna untukku.
Aku ingin meniti hidup baruku.
Mungkin tanpa kamu.

Syukur tentangmu.

Mungkin melafalkan namamu sebuah kebanggaan. Dia begitu unik bagiku dan entahlah aku ingin mengucapkannya lagi dan lagi. Seperti musik yang aku dengar dipagi hari.
Aku suka matamu,pipimu dan gigimu yang tertata rapi. Aku tidak ingin menjamahnya, namun rasa gemas begitu bergemuru. Seolah tangan bangkit dari sekaratnya.
Tuturmu tak seperti pujangga,namun dengan mudah aku hanyut didalamnya. Seolah kata adalah mantra,dimana tak seorangpun mampu merapalnya.
Rambutmu yang sedikit bergelombang, aku pernah ke lautan, namun tak pernah melihat ombak seindah itu.
Ya,aku mengagumimu, kamu baik, parasmu cantik dan candamu menggelitik. Kamu seperti syukur atas kecompangan hidup. Sebab denganmu aku disempurnakan.

Lebih

Aku diam, Kamu bisu.
Aku tertawa, Kamu terbahak.
Aku berjalan, Kamu berlari.
Aku berkawan, kamu berkencan.
Kau selalu lebih.

Padahal Ini Pukul Satu

Padahal ini pukul satu.
Masih saja tentang kamu.
Rindu ini selalu membiru.
Padahal ini pukul satu.
Tapi pikiranku membatu.
Ini semua tentang kamu.
Padahal ini pukul satu.
Malam seharusnya gelap bukan kelabu.
Seperti ketidak tahuan rindu dimana dia harus menuju.
Padahal ini pukul satu.
Masih saja ada kenangan yang merancu.
Aku tidak tahu kenapa kamu seperti candu.
Ah,padahal ini pukul satu
Ribuan tanya datang seperti peluru.
Dimana kamu ?
Bagaimana kabarmu ?
Sampai pukul satu berlalu aku tetap tidak tahu.

Rima

Aku tidak akan mulai dengan kata malam.
Karena disana ada hati yang kian melebam.
Ada kenangan yang kian mengelam.
Semerbak tanah dimusim penghujan.
Berpaling darimu terasa enggan.
Mungkin wajahmu seperti picisan.
Gema air yang jatuh dari teratai.
Tak terasa kisah kita telah merantai.
Banyak kenangan yang memanjang dan teruntai.
Detak waktu begitu terdengar.
Cintamu kian menyeru seperti gelegar.
Tanpamu hidup seperti hambar.
Berada disampingmu aku dianugrahkan.
Mendengar tawamu aku diriangkan.
Mengerti gerakmu aku diajarkan.
Kamu cantik.
Senyummu menggelitik.
Pujiku tak akan berhenti meski sedetik.
Kini aku terhempas bagai daun yang tertiup angin.
Aku merasa hangat walaupun cuaca begitu dingin.
Memilikimu aku begitu ingin.
Jatuh cinta padamu seajaib bumi.
Yang berputar sesuai hukum rotasi.
Aku dan kamu yang berada pada lintasan yang sama dan berkemistri.
Aku sedang memainkan rima.
Dengan akhir kata yang selalu sama.
Seperti kita, pada mimpi yang itu itu saja.

Cara Kita Mencari Bahagia

Kulummu belum juga usai padahal ini hampir pagi, padahal ada cahaya yang sudah merambat diujung sana tapi kita masih pada geliat yang tak mau lepas.
Semburat jingga dari barat menelusup dari celah celah hordeng yang kita tutup sedari larut, dunia mengintip kita sedang bercinta sayang. Kenyataan sudah mengintip diluar jendela, namun masih saja kamu tak mau lepas.
Kenyataan selalu menampar kita kala surya menyala, bersama kita hanya dilarut larut, mungkin gelap memudahkan kita untuk bersembunyi bahkan dari diri kita sendiri. Senang saat bersama dan lupa saat kita lepas dari jangkauan.
Mata selalu mencarimu saat surya menyapaku, aku ingin satu senja bersamamu, mungkin di sebuah coffe shop dengan meja warna pastel dan katamu kamu suka latte, aku ingin melihatmu mengecup cangkir minuman favoritmu.
Kita hanya bertemu di bar yang diisi para brengsek dan pelacur, entah apa beda kita dengan mereka. Tapi sloki dan pitcher adalah bahagia kita. Semerbak ruang alkohol sudah seperti parfum vanilla anak sekolah. Bersama kita begitu kacau.
Menanggalkan pakaianmu adalah hobi baruku, aku suka melihat geliatmu yang sedikit malu. Mungkin sedikit kecup membuatmu lupa dengan malu. Aku selalu ringkuk setelah itu, karena setelah tanggal semua pakaianmu meliarlah kamu, seperti aku seorang gladiator dan kamu singa yang dilepas untuk menemaiku menghibur kesatria lain di koloseum. Aku kalah.
Lidahmu bagai samurai ditangan shogun kerajaan, tak ada jengkal tubuhku yang tak kau sayat, sekali lagi aku rebah ditindihmu. Kita selalu bahagia tanpa cinta yang terucap dari salah satu mulut kita yang selalu beraroma rum.
Begitulah cara kita mengenalkan bahagia pada dunia, Aku tak tahu mungkin buku malaikat sudah tak cukup menulis dosa kita. Kita bercanda dengan murka Yang Kuasa, maka dari itu sesekali aku memohon ampun padanya.
Kita akan berpisah, tapi perpisahan kita selalu sama. “Kita akan bertemu lagi ditempat yang sama, aku menunggumu, persetan dengan istrimu” Itu kata yang selalu kau ucap.

Manis

Ada damba yang menelan pahit, aku melihat kenyataan didepan mataku.
Kamu milikku , Ah tapi mudah saja kau menggandeng tangannya dihadapanku.
Apa aku sama dengan benda mati ? Bangku kosong di taman, mungkin seperti purnama tanpa tuan.
Begitu terik dibawah surya namun aku bisa apa ? Membedakan peluh dan air mata saja aku tak mampu.
Biar saja hujan mengguyurku, biar gemuruh langit menyamarkan rintihku.
Jika kamu bahagia bersamanya , bawa saja senyum yang pernah kamu beri. Bawa saja kecup yang pernah menempel ini.
Katanya kamu lebih perasa daripada aku ? Nyatanya aku dihadapanmu dan kamu masih saja diam, atau pura pura tidak tahu (?)
Ini aku yang masih menganggap kamu adalah surgaku, dan teganya kamu menyemayamkan cintamu pada hati yang berbeda.
Ini aku,disini tanganku. Kita pernah satu sekalipun hasta pengukur hitungan tetap tidak ada.
Ini aku, kamu masih saja bisu. Kamu pernah berteriak memanggilku tapi sekarang kamu pura pura bisu.
Ini aku , dan itu ucapan selamat tinggalmu ?
Manis

Kamu.

Geliat malam tanpa tahu kapan pagi datang. Hujan sudah berhenti jatuh, mungkin kemarau terlambat datang.
Detak jam berbunyi lebih kencang dari biasanya,entah karena kafein atau kamu mata ini sulit dipejamkan.
Aku masih terjaga,mengekspektasi bagaimana rasa telapak tangan yang mengusap rambut panjang yang keemasan itu. Mungkin dia jauh lebih lembut dari sutra. Mungkin juntaian panjangnya adalah kekasih angin. Angin yang memicu cemburu karena dia selalu dengan mudah membelainya.
Belum lagi matamu,yang didalamnya adalah jurang dimana aku ingin jatuh didasarnya. Aku ingin ringkuk didalamnya dan tak mau bangun lagi. Biarlah dia menjadi cerminku, yang tahu segala salah dan kurangku.
Bibir yang menyeletuk gurauan lucu,menggelitik kalbuku. Yang mungkin menjadi pengoreksi ketika aku salah. Akupun cemburu ketika ia mengecup berkali kali cangkir favoritmu.
Kamu bukan yang tercantik,namun ketahuilah bahwa mataku merasa nyaman menatapmu. Bahwa sosokmu yang membuat bola mataku bergulir kekanan juga kekiri mencari hadirmu.
Aku tidak tahu sejak kapan namun hadirmu adalah warna baru. Kini hatiku berisikan pelangi monokrom seperti eden dan bunga bunganya yang wangi sementara kamu menerjangnya begitu saja.

Aku Benci Kamu

Aku benci kamu yang selalu cantik.
Aku benci kamu yang selalu manis.
Aku benci kamu yang selalu baik.
Aku benci senyum bibirmu
Aku benci lirik matamu
Aku benci lesung pipimu.
Aku benci saat kamu merengek dan aku tak dapat menolaknya.
Aku benci saat kamu muram aku hanyut didalamnya.
Aku benci kamu saat manja dan dengan mudah membuatku tertawa.
Aku benci kamu yang tertawa sekalipun candaanku tak lucu.
Aku benci kamu yang begitu peduli terhadapku saat aku gulana menghadapi dunia.
Aku benci kamu yang sabar,meski terkadang aku sedikit nakal dan kamu sering memakluminya.
Aku benci kamu.
Ya aku membencimu karena aku tidak bisa untuk tidak mencintaimu.
Ya aku membencimu karena aku mudah untuk jatuh didasar hatimu dan tak mau bangkit.
Aku membencimu karena aku sedang berada dimimpiku yang tanpa siapa siapa dan kamu selalu hadir untuk kuraih. Seolah kamu adalah mimpi sebenarnya.
Aku benci itu.

Rancauan Rindu

Ini larut mataku kian kusut.
Nadiku masih kamu,debarku memanggilmu dan nafasku menghirup rindu.
Teruntuk kamu yang mungkin tengah bermimpi atau sedang mengangkat sloki, disaat seperti ini rindu ini berbunyi.
Tengah duduk didepan kaca,aku.
Disudut otak menari,kamu.
Rindu tak kenal waktu,dia datang seperti peluru dan aku rusa yang berlari mengelak dari itu.
Kadang bodoh diri yang tak dapat mengelak dari rindu,tapi rindu juga seperti takdir yang harus dilalui.
Aku rindu kamu, kamu tidak rindu jingga surya fajar kita. Mungkin dia sudah dewasa sekarang karena kita sudah tidak pernah menemuinya. Atau barang kali dia sudah menjelma menjadi titik titik embun. Sebab aku dan mungkin juga kamu hanya melihat pendar lampu kota saat ini dan fajar ingin tetap menemani.
Kamu tidak rindu cangkir kecil kita ? Kamu tidak rindu mengecupnya berkali kali dan mendekapnya ? Atau kamu sudah rela dia dikecup orang lain ? Atau sudah ada cangkir yang lebih manis disana ?
Banyak yang aku rindu darimu, setiap jengkalmu aku mengenalnya dan membuatku candu. Bahkan aku masih sering mengucap katamu.
Aku benar benar merindumu, bagaimana kamu bisa menahan rindumu ? Atau kantung rindu dalam hatimu bocor sehingga dia tercecer di jalanan kotamu. Sampai rindu itu terinjak lalu lalang kendaraan atau memuai kelangit karena panas. Namun saat aku kesana aku tidak menemukan apa apa. Sekalipun jejakmu,itu tidak ada.
1 note

Hari yang Panas,Dosa dan Pesta Para Setan

Mencium tengkukmu aku dilanda rindu, kita sedang pada diam hanya nafas kita yang saling berpacu.
Lipstik merah tak lagi tergores pada tempatnya,kini dia melebar disekitar bibirmu.
Udara sedang panas hari ini, pendingin ruangan tidak bekerja dengan baik, ah tapi kita sedang baik baik saja dan tidak mempedulikan sekitar kita, mungkin mereka terlalu serius pada hidup masing masing.
Tapi kita pada bahagia. Entah dosa entah apa, bahagia terkadang tercipta dari sana.
Jutaan setan berpesta,namun kita masih saja tuli dan tak mendengar apa apa.
Rambutmu yang acak acakan kini sudah rapi kembali,nafas yang memburu kini sudah tidak ada lagi. Aku menatapmu begitu dalam pula kau melakukannya.
Aku tidak ingin pergi dari sini dan kau menginginkanku tinggal. Aku benci ada haru setelah tawa.
Semoga kelak,jarak mudah saja untuk kita potong. Sementara jariku tetap mengisi sela sela milikmu.
Aku akan selalu merindu saat bersamamu

Kota Para Raksasa

Aku berdiri di tempat yang segalanya adalah besar,mungkin ini kota para raksasa atau mungkin otak mereka hiperbola dalam mencipta.
Aku kagum dengan megahnya pula lampu kota yang benderang sempurna pengganti bintang yang tak berpendar disini,mungkin mereka malu atau sudah memalingkan sinar mereka ketempat yang lebih membutuhkan.
Kala siang,lalu lalang kendaraan begitu sibuk,bahkan polusi tidak lagi menari,mereka hanya memadat. Tak ada tempat untuk bergerak.
Aku sedang di kota para raksasa,mungkin mereka berdiri dibalik pilar pilar langit itu. Atau mereka sedang sibuk menciptakan atap yang bukan dari langit.
Sesekali ada lahan yang masih hijau, hanya di kiri atau hanya dikanan. Hanya sebagian. Mungkin mereka takut tumbuh,karena para raksasa bisa menginjak mereka dengan mudah.
Ada juga budak dari raksasa itu aku lihat,mereka sebesar aku, hanya saja ego mereka lebih hebat. Aku tahu mereka baik. Hanya kepada para raksasa tentunya,siapa lah aku dihadapan mereka.
Tentu saja aku juga bersenang senang disini,di kota para raksasa. Dengan mereka aku tertawa, bukan mereka lucu dengan citra bijak mereka. Melainkan, sampai kapan Tuhan tidak peduli dengan mereka yang merusak maha karya-Nya. Bumi

Untuk Suara Lucu Pengisi Senja

Hai,suaramu pada sore adalah pengantar senja yang baik. Tidakkah kamu ingin sedikit berbicara padaku bukan pada mikrofon itu yang mengudarakan suaramu yang lucu dan selalu begitu ? Ya bicara tentang apa saja,aku bisa membuatmu terpingkal dan hanyut dalam satu waktu. Aku ingin mendengar suaramu langsung dari getar pita suaramu bukan dari speaker di kantorku yang sedikit berdebu dan berisik sinyal sesekali merubahmu.
Aku tidak ingin berpanjang pada kata padamu penyuara senja yang lucu. Tapi bagaimana kabar hatimu ? Masih terikat pada masa lalu ? Masih saja kamu berharap pada lelaki brengsek itu. Aku tidak menyalahkanmu,hanya saja setelah itu jangan kamu menganggap bahwa setiap lelaki yang disekitarmu itu sama. Ya,itu saranku.
Aku melihatmu beberapa hari yang lalu,aku lihat senyum itu sementara mobil dan truk truk nakal itu mengibaskan rambutmu dan membawa debu. Namun,masih saja sama. Kau dan pesona tak terpatahkanmu memberi detak berbeda pada jantungku.
Ini aku,terima kasih untuk suara yang selalu mengisi senjaku. Semoga Tuhan selalu memberkatimu,perempuan lucu suara pengisi senja

Untuk Yang Pertama (Muara Dari Kagumku)

Ribu malam berlalu,apa kabarmu ? Langit menyapaku senyummu menghampiriku. Kepada lampu malam disekitarku aku bertutur kepadanya bahwa dulu, mereka tidak lebih cemerlang daripadamu,sekalipun pada siang,cerahmu tetaplah yang mutlak.
Aku ingat dulu bagaimana kamu begitu mudah mempesonaku, menjebakku pada kagum terhadapmu. Setiap pagi,pada kendaraan umum yang aku naiki aku bertaruh. Untuk bertemu denganmu,mencoba lebih dekat kepadamu dengan cara yang begitu bodoh. Ah ya,mungkin aku harus bercerita saat riang bunyi bel sekolah saat itu, kamu bercanda dengan temanmu dan aku terperangah olehmu, mungkin pelajaran hari itu keluar dari otakku,tercecer pada lantai kelas oleh karena kamu menjejal otakku.
Lucu jika aku mengingat hal hal kecil saat aku menemukanmu. Aku sempat bertanya pada diriku saat itu yang masih lugu “ini cinta ?” Sambil berjalan menjauh dari sekolah dan berisik kawan kawanmu. Pada jalanku menuju pulang langkahku dihiasi tanya dan kamu seolah membayang dihadapanku.
Masih saja tentang kamu yang pada hari kedua aku tahu bahwa kamu kakak kelasku,masih pada hal lucu ,sekarang saat aku berangkat menuntut ilmu,pagi itu cukup dingin dan hari itu aku berdesak pada kendaraan umum, sudah tidak ada kamu diotakku pagi itu,mungkin buai malam yang melelapkanku menghempaskanmu sejenak dari otakku. Aku duduk pada pojok kendaraan umum itu melihat lalu lalang kendaraan yang pada saat itu belum seramai sekarang , sampai kendaraan itu berhenti dan kamu masuk,dengan tidak peduli kamu duduk disampingku yang mengenakan seragam yang sama denganku. Aku melihatmu ,dengan nyata kau berada disampingku. Aku tidak tahu apa yang aku harus lakukan,mungkin dengan menyapamu akan memperburuk keadaan, maka jadilah aku hanya diam tak mempedulikanmu yang duduk disampingku. Pada bisu kita ,entah kenapa aku berpeluh pada dingin pagi yang masih saja aku rasakan. Didekatmu aku merasa gugup,sunyi menjadi pada kendaraan yang berisik,aku tak tahu apa yang terjadi saat itu. Aku hanya tahu bahwa aku harus bisa selalu berada didekatmu. Gugup ini menjadi candu.
Teruntukmu yang membuatku gugup pada pagi yang begitu dingin. Aku sudah lama tidak bertemu denganmu. Entahlah,masihkah aku gugup bila berada didekatmu. Tapi semoga kamu baik baik saja dan semoga tidak semua lelaki menjadi seperti aku saat bertemu denganmu. Selamat malam

Kepada Angin

Kamu yang pernah membelaiku begitu lembut, syahdu yang pernah mengiringi kita pada musim panas. beberapa daun kau gugurkan mengisi romansa yang tak mampu berkutik dalam indahnya kita saat itu.
Kamu yang pernah menghidupkan benda mati, gerakmu yang begitu mistis begitu mengagumkan dibuatnya benda benda mati terperangah oleh karenamu. Aku ingat pesonamu dan jadilah aku merindu karenanya.
Apa kabarmu ? Semoga harimu masih baik seperti saat bersama aku, candamu masih seperti dulu ? Apa matamu masih berisi aku ? Siapalah aku dengan tanyaku.
Gelap bulan masih jauh dari purnama , pada surat cinta yang pertama aku menulis segenap rinduku padamu. Semu kala senjabersamamu masih membelit otakku buai dari waktu tak dapat menghilangkan kenangan itu.
Teruskan gerakmu tetaplah menjadi angin yang selalu membawa bahagia kepada setiap dari mereka yang kau belai dengan katamu. Kamu adalah bahagia, kamu adalah bintang yang menggaris atmosphare yang membawa ribuan harapan dari orang orang yang menitipkan doanya kepada Tuhan kepadamu.
Teruntuk anginku yang pernah membuaiku, yang menghempas pergi bersama awan bertiuplah kearahku, aku adalah mata angin yang harus kau bawa menuju mimpimu, Aku adalah daun yang hanya dapat menari jika kau menghempasku. Kemarilah, datanglah kepadaku.

Kita sudah pada beda

Kini terik tak seindah dulu,kamu adalah satu satunya cahaya yang aku cari. Semerbak wangi yang selalu aku kenali.
Dulu aku bisa menikmati keduanya, hangat fajar dan cemerlang senyummu . Sementara cangkir kopi didepan kita hanyalah pemanis.
Kata manismu,cerita lucumu dan resah tanyamu akan kabarku aku mengingatnya
Kita sudah pada beda, kamu yang mungkin sibuk dengan bahagiamu yang baru dan aku dengan bahagiaku yang aku cari.
Kita sudah pada beda

Sajak kepada malaikat kecil yang pantang menyerah

Tersenyumlah malaikat kecilku yang selalu saja menggelitik pada hari hariku, dengan manja yang melengkapi canda, kita tertawa tanpa memikirkan nasib dunia.
Maaf karena aku telah melewatkan satu hariku yang begitu penting berpuluh jam berlalu, Hari dimana Tuhan pernah melepaskan satu malaikatnya turun kebumi dan merasuki rahim ibumu. Aku melewatkan perayaan suci itu.
Kau pasti melewati puluhan lilin yang berpendar untukmu pada hari itu,dimana kau menyelipkan doa pada setiap lilin yang kau padamkan dengan hembusan nafasmu, doa yang mudah saja kau tiupkan hingga berbisik di telinga Tuhan.
Aku menulis ini untukmu,tatkala embun masih membekukan, riuh burung belum terdengar dan kamu terlelap dengan katup mata yang tanpa dosa.
Selamat menjadi dewasa, jadilah karang yang bukan hanya kuat, namun dapat menjadi topangan dunia. Jadilah air yang tidak hanya bergemercik, namun juga menyejukkan. Jadilah api, api yang tak mudah padam hanya dengan tiupan angin, api yang membara dan dapat memecah gigil dengan begiu mudah.
Jadilah seperti krisan, bukan sekedar indah, namun menyamankan orang yang berada disekitarmu. Berdirilah,terbang dan raih mimpimu dengan usaha yang tak kenal patah. Kamu adalah malaikat yang pantang menyerah

Teruntuk Bola Matamu

Demi apa aku terbangun pada pagi sedini ini ? Terlalu dini seperti kisah kita yang terlalu cepat berakhir. Entah ini pagi atau apa,aku tak kenal waktu selama kau masih jadi penguasa dalam otakku. Haruskah aku merangkai setiap dari embun menjadi bait agar kau tahu betapa dinginnya ucapku,lirih dari tulisanku.
Ini adalah pagi yang entah kenapa aku masih terjaga, menantinya atau memang waktu benar benar tentang kamu. Aku melalui setiap detikku dengan iman “satu detik aku lalui,maka satu langkah kau mendekatiku.” Jika benar seperti itu, berapa detik lagi agar aku mendengar derap langkahmu ? Aku belum mendengar derap yang sama setelah derap itu menjauh.
Tidakkah kau ingat,kita pernah tertawa tanpa alasan, tanpa sesuatu yang lucu disekeliling kita, kita pernah bahagia saat kita pernah bersama dan aku masih ingat kita tertawa entah karena apa. Senyummu seperti celah untuk menatap surga ,dengan tenang aku menikmatinya.
Kita bukan lagi seperti angsa yang sedang berenang bersama, riuh diantara bisu danau kala senja tiba. Sekarang kita seperti dua nahkoda pada bahtera yang sama dan namun ketika bahtera itu menghantam karang kau lari dengan sekocimu meninggalkanku dengan aku yang berusaha tetap mengapungkan bahtera kita. “Kita” sedang menuju ajal dimana jantung dari “kita” sedang berdegub lemas,aku memompanya dan kamu menari nari bersama tubuh barumu.
Semua harapan tidak haruslah diperjuangkan,aku belajar darimu. Terkadang mimpi terlalu tinggi untuk digapai sekalipun dengan melompat atau terbang. Terkadang mimpi itu terlihat kecil dan sederhana,akan tetapi ketika mimpi itu mendekat dan semakin dekat rentangan tangan sekalipun tak mampu mendekapnya. Hingga mimpi itu terus mendekat dan menerjang kita membuat kita terpelanting ketepian sedangkan mimpi itu berlari terus menjauh dari tatapan mata.
Aku bercerita kepada dinginnya pagi betapa hebatnya rindu ini tak pernah menjadi basi,sesuatu yang sudah tidak layak untuk dinikmati. Teruntuk bola matamu yang didalamnya pernah terdapat aku, berjanjilah kepadaku, biarkanlah aku tetap berada didalamnya dan tataplah kekasihmu hingga dia terperangah, bahwa bola matamu telah terisi dengan aku, bahwa bola matamu memiliki bayanganku, bahwa aku masih hidup didalam hatimu.

Candu dari Pelukmu

Aku setengah sadar,aku merasa ada lembut yang mendekapku dengan begitu fasih. Ada nafas hangat meniupi dadaku. Ada rambut halus diujung pelukku.
Teruntuk kamu yang meringkuk nyaman dalam pelukku, yang mencari cari hangat meski diluar surya masih menyengat. Kita seperti sepasang bayi kembar yang baru terlahir. Menikmati oksigen pertama kita setelah pacu nafas kita memburu dalam nafsu saat bercinta.
Aku menikmati pelukmu,begitu menikmatinya aku hingga aku tak berani bergerak,takut gerakku membangunkanmu,sekalipun keningmu adalah sasaran empuk,muara dari kecupku,aku takut membangunkanmu.
Melihatmu terlelap aku seperti dianugrahkan, aku menatap garis matamu yang tegas dimana saat ia terbuka aku melihat kristal peramal yang dapat melihat masa depan. Ya,dimatamu aku menaruhkan mimpiku,sesuatu yang kelak kau akan melihatnya menjadi kenyataan.
Kita begitu dekat saat kau masih terlelap dalam pelukan,hingga aroma tubuhmu meracuni setiap saraf diotakku. Begitu teracuninya aku sehingga menjadi candu,membuatku menghirupnya lagi dan lagi. Aku tak membutuhkan ekstasi untuk berfantasi.
Jika pelukmu adalah surga,maka neraka sekarang jauh dariku saat ini,didekatmu aku merasa sejuk meski es abadi meleleh dengan terik sehebat ini. Hanya kamu yang dapat memutar balikkan hukum semesta ini.
Sungguh aku menikmati pelukmu sayangku,meski cepat atau lambat ini akan berakhir, suatu saat aku akan meminta peluk yang sama,lagi dan lagi. Hingga aku terbiasa dalam peluk ini,hingga kelak keriput menggurat tubuhku. Aku akan tetap meminta peluk yang sama. Lagi dan lagi

Teruntuk Gadis Bernama Ganis

Sorot mata yang selalu aku pandang setiap sore. Sorot mata yang sepintas namun menenggelamkan, Sorot mata yang memberi nyawa pada setiap tanda tanya yang menggantung pada tirai logika, “kenapa harus dia ?”.
Aku yang selalu memujinya dalam diam dan dia yang diam untuk menjadi pujian. Begitulah kita yang saling bisu saat tak perlu, yang bertegur sapa tanpa rasa, yang berbagi canda bagi akrab semata.
Kita seperti rak rak buku yang terbengkalai, kita punya banyak kata yang bisa dirangkai menjadi indah, namun sama sekali tak ada yang keluar dari setiap sudut kita hingga mungkin menjadi rumah nyaman bagi laba laba yang sebenarnya hanya ingin singgah.
Mengagumimu tidaklah berat, dengan berdiam saja aku sudah bisa melakukannya layak daun yang menari begitu saja saat angin menyapanya. tak sulit bahkan ujung kelingkingku sekalipun kagum terhadapmu.
rambutmu yang terhelai begitu indah, matamu berpendar cemerlang dan lesung pipimu seakan muara bagi kecupan. Teruntuk gadis yang aku kagumi , kamu adalah sempurna dari kecompangan hidup, garis dari bintang ke bintang yang menciptakan rasi.

Ranting yang Terlalu Rapuh Untuk sekedar Mimpi

Tak pernah dapat kau jumpai pelangi yang membentang dikala senja dibulan ini.
Benar juga,bagaimana bisa melihat senja jika matahari saja tertutup awan.
Ya, aku adalah pelanginya dan kamu adalah senja, aku akan hadir jika ada restu darimu, membiaskan rinai hujan terakhir untuk menciptakanku.
Kita adalah dingin yang disekap dalam ruang gelap,dingin kita terselubung.
Kita saling tertawa tapi entah kenapa ada saja hal yang membuat kita tiba tiba saling diam.
kita adalah supernova yang berpijar terlalu terang menuju ketiadaan,cinta kita tinggal harapan.
jika saja kamu tahu aku benar merindumu yang dulu, yang senyumnya masih untukku
Kita sekarang hanyalah bualan masa lalu , impian kita tergantung di ranting yang terlalu rapuh untuk digantungi sesuatu yang berat ,mimpi kita terlampau hebat.

Aku,Bukan Siapapun yang Lain

Aku bukan siapapun yang lain dihidupmu,sekalipun terkadang aku sama,aku bukan siapapun yang lain.
Seakan semesta meredup seketika ketika “haha,kau mirip dengannya.”-mu memecah hening yang sedari tadi sengaja aku cipta.
Dalam segala diam aku mencaruk marahku dan meredamnya dengan “oh ya ? Tapi aku bukan dia.” Tutur pasrahku yang begitu saja.
Sekalipun Tuhan menatap seseorang sama,tapi ketahuilah aku bukan dia,aku benci untuk kau sebut mirip dengannya,seakan kemiripan itu haram ditelingaku.
Angin berderu begitu kencang sebagian daun hanya bergoyang dan sisanya terhempas terbang entah kemana sementara aku terkesima dengan helai rambutmu yang ikut terhempas.
Kita adalah paradigma, kebersamaan kita hanyalah bualan.
Kita adalah bahtera besar yang hidup dalam badai tanpa kesudahan, menunggu tenang atau kita terjungkal dan hancur menerpa karang.

Rasa Kopi

Aku merasa ada yang baru, ketanpaanmu yang membuatnya dan cangkir kopi menertawaiku.
Hebat sekali,sering kesendirian membuatku nyaman,namun ketanpaanmu membuat yang kosong menjadi hampa,aku ringkuk.
Pagi yang masih terlalu aku terjaga, berharap kau memecah hening melalui dering ponselku yang aku tunggu,namun tidak.
Jika aku adalah Tuhan,kamu adalah fajar yang aku tarik,senja yang aku jaring dan terik yang aku topang,aku rakus jika ini tentangmu.
Tanpamu jantungku berdetak tanpa alasan,mata yang menyorot penuh memelas, dan nafasku tersandung sandung ditenggorokan.
Tanpamu membuat semuanya berbeda,namun aku tak dapat membenci ketanpaan ini atau hal yang mengandung kamu.
Aku terseok dalam perjalananku sekarang,haruskah sekarang aku merangkak agar aku tak jatuh,jatuh dalam penyesalan aku pernah meninggalkanmu.
Sudahlah,mungkin kau sedang menata mimpimu,terlalu sibuk terhadapnya. Sudahlah biarkan aku berdiam dan menunggumu.

Aku Benci Angin Malam Ini

Aku benci angin malam ini,yang terlalu riuh menyerukan namamu.
Riuhnya meringkukkanku, membuatku menjimpiti rindu yang sempat tak bertuan
Rindu yang menggelitik jemariku dilantai lantai penyesalan aku pernah meninggalkanmu
Aku benci angin malam ini,yang dinginnya menyeramkan, yang menghadirkan rasa sepi,ketanpaanmu.
Aku benci angin malam ini,meski geraknya direstui Tuhan,aku membencinya,membuatku tersadung sandung menanyakan kabarmu berharap angin membawanya dan kau mendengar seruku.
Aku benar benar merindukanmu disekapan angin yang aku benci,rindu ini benar benar menyedihkan.
Adakah kau disana sempat memikirkanku disela sela candaanmu bersama sahabatmu ?

Mencintaimu Tanpa Tanda Baca

Aku mencintaimu tanpa koma, seperti halnya “aku,cinta kamu” Karena aku tidak mau menekankan cinta itu
Aku mencintaimu tanpa titik,seperti halnya “Aku cinta kamu.” Karena aku tidak mau menganggap cintaku cepat berakhir seperti kalimat singkat.
Aku mencintaimu tanpa tanda tanya, seperti halnya “Aku cinta kamu ?” Karena aku tak pernah ragu akan cintaku padamu
Aku mencintaimu tanpa tanda seru, seperti halnnya “aku cinta kamu !” aku tidak perlu berseru,sekalipun dalam hati,kamu tahu aku mencintaimu
Aku mencintaimu tanpa tanda petik, seperti halnya ‘aku “cinta” kamu’ Karena aku tak punya maksud lain,aku hanya mencintaimu
Aku mencintaimu tanpa tanda baca ,aku mencintaimu, bahkan tanpa menggunakan jeda.
Ya ,”akumencintaimutanpajeda”.

Dulu Kita dan Kini Beserta Pilihanku

Aku sedang berbaring,masih dikasur yang sama saat kita bercinta dulu.
Bercak bercak noda masih menghiasinya seperti gelembung gelembung ditepian semenanjung.
Aku ingat betapa jarak yang tercipta diantara kita adalah nol, hingga detakmu yang berpacu dapat kurasa didadaku.
Semut kecil pun sulit membedakan mana keringatku dan mana milikmu,kita satu.
Masih padahal yang sama ketika aku merasakan buruan nafasmu dileherku,seperti angin pada badai saat kemarau sedangkan aku merasa sesak ,dadaku tertekan ketopong prajurit thor milikmu.
Hingga semua berakhir begitu saja dan kita berbaring kelelahan layaknya anak kecil bermain layangan disavana yang luas.
Kini semua berbeda ,aku sendiri dan aku terdiam dijarak kita kini yang terasa begitu jauh.
Kamu disana yang sedang bersamanya dan aku memilih sendiri.
Aku tidak ingin dicintai dengan cinta yang bercampur kasihan,tidak.
Aku tidak ingin asal pilih untuk mencari penggantimu,aku tidak ingin melalui hariku dengan kepalsuan cinta yang aku cipta.
Beginilah aku dan ragaku yang menantikan jarak diantara kita menjadi nol kembali.

Aku benci pagi yang seperti ini

Aku benci pagi yang seperti ini,ketika aku merasakan oksigen pertamaku namamu meracuni otakku,membangunkanku dari lelapku yang terlalu
Aku benci pagi yang seperti ini, ketika aku membuka mata ,kasur memenjarakanku,mataku terbelalak dan langit langit kamarku seperti gallery dari senyum manismu
Aku benci pagi yang seperti ini, di kopi pertamaku yang hanya aku aduk aduk masih saja aroma kafein ini bercampur namamu,menyerang otakku, membuatku setengah sadar,seperti ampas ampas yang hanya mengambang begitu saja dipermukaan gelasku
Aku benci pagi yang seperti ini,menit berlalu fajar telah menjadi terik dan menamparku dari seribu imajinasi yang tercipta,meyakinkan sebuah nyata jika kamu … sudah tidak disini

Disebuah Pagi,Didekat Fajar

Disebuah pagi, didekat fajar.
Cahaya muncul dari barat menyobek kalbu keheningan
Mencari jawaban diantara gelap
Membangunkan mereka yang tengah terlelap
Disebuah pagi,didekat fajar
Burung burung mulai riuh bernyanyi
Aktivitas yang baru akan dimulai
Setitik harapan baru gambaran hari
Disebuah pagi,didekat fajar
Aku yang terjaga menanti senjaku kembali
Aku sudah tidak peduli tentang hukum rotasi
Aku hanya ingin dia kembali
Disebuah pagi,didekat fajar
Cerita lain dari senja yang telah menjadi fajar
Setelah menghilang dia kembali dengan sosok yang samar
Dia yang berbeda dan membuatku gusar
Disebuah pagi,didekat fajar
Mungkin sesuatu akan berubah dan menjadi sosok yang lain ketika dia menghilang dan kemudian datang
Atau mungkin dia membuatnya seperti itu agar aku tak menganggapnya seperti dulu,yang dapat kurengkuh
Aku tak peduli lagi tentang senja atau fajar, tapi aku mencintainya

Cerita Jum'at

Deru mesin yang membara memanaskan suasana dialun alun kota,hanya mereka dengan motor motor bermesin tune up. Belum ada pelacur yang berkeliaran ,hanya segerombolan wanita muda dengan pakaian mini-nya yang berbagi canda dan tebar pesona
Malam yang cukup cerah untuk jumat yang penuh obsesi,ya , obsesi mereka yang sedang berpacu dan bersaing gengsi demi merengkuh pencitraan dimalam penuh gairah
Muda mudi penuh aksi bertindak. Entah kenapa aku hanya diam disini,menatap nanar masalalu yang penuh kebersamaan.
Malam dimana banyak sahabat berkumpul dan bercanda ,meninggikan sombong masing masing, bercerita menarik fajar yang masih terlampau jauh
Malam yang dinginnya menggigit
Begitu angkuh mereka yang tidak mau membagi sedikit kebersamaannya,tapi inilah dunia , aku hidup dijamanku dan mereka dijamannya
Kota tempat dimana aku tumbuh menjadi dewasa, dimana generasi generasi baru siap merebut masa dari generasi sebelumnya dan mendominasinya
Inilah satu malam dikotaku. Inilah salatiga dengan juta jiwa muda yang bergejolak

Firasat

Aku tidak pernah tahu apa yang kupedulikan, angin merayuku dengan bisikan sementara mentari dengan gagahnya masih bersinar meski tak membantu menghangatkan suhu dijalanan ini
Ini benar benar musim dingin dimana cerah sekalipun masih ada awan awan yang masih menari diatasnya,pohon pohon sudah gundul dan daun kering masih berserakan dijalanan ini. Orang orang disekitarku mengenakan jaket tebalnya berjalan dengan sibuk seperti ada tuntutan yang menarik mereka untuk bergerak.
Aku hanya mengenakan scraft merah yang lusuh,jaket kulit ,sepatu boot dan skinny jeans duduk dibangku yang berkerangka besi dan kayu keras sebagai tempat duduknya,aku disana memandangi mereka, mengagumi kesibukan mereka karena aku masih tak mengerti apa yang harus aku lakukan.
Aku tidak merasakan dingin,sama sekali tidak,karena hati ini mungkin sudah terlalu hambar untuk sebuah rasa. Hanya ada rindu disana.
Tiba tiba sesuatu megusik hatiku,entahlah,
“perasaan apa ini ?” Batinku berbisik tak nyaman.
Angin mendadak bergemuruh,awan yang tadinya masih bisa ditembus surya kini menjadi gelap gulita seraya membawa bahaya,perasaan tak tenang ini semakin menjadi.
Titik air mulai turun, dimulai dari rintik sekarang telah menjadi badai yang berisik
Aku berteduh disebuah coffeshop disekitar situ,memesan latte dan sepotong cake coklat yang memang favoritku sembari menunggu hujan ini berlalu
Aku melepaskan scraftku yang sedikit basah dan menaruhnya begitu saja diatas meja yang cukup lebar ,aku menggosokkan kedua tanganku kemudian menaruhnya dileherku untuk mencekal dingin yang terlalu ,kemudian tiba tiba aku mempedulikan scraftku ,aku melihatnya. Firasat itu kembali.
“Jangan,kumohon firasat buruk ini tidak untuk dia Tuhan” bisikku dalam hati
Beberapa hari ini memang kita tidak saling menghubungi,karena mungkin memang kita terlampau sibuk untuk pekerjaan kita masing masing, tapi ini weekend dan dia masih tidak menghubungiku,kenapa ? Ada apa ini ? Kenapa aku dihantui oleh firasat buruk ini ?
Kuraih ponselku,mencari namanya di ponselku ,kemudian tanpa ragu aku menekan dial, namun nomornya tidak dapat dhubungi. Panik ini semakin menjadi sementara hujan seperti menertawai
kadang seperti itulah perasaan, entah ilusi atau apapun itu kita akan selalu mengimaninya
Aku tak mengerti,cake yang seharusnya rasanya manis kini telah berubah seperti tanpa gula. Jikapun aku dapat meneleportasi diriku aku akan langsung berpindah memastikan dia baik baik saja
Hujan menjadi badai ,suara ribut yang ditimbulkan hingga menembus kaca peredam suara yang mengililingi tempat ini, titik airnya menempel membuat kaca kaca dicoffeshop tersebut basah
Masih belum ada kabar darinya sementara ponselku sudah hampir mati,hujan ini memenjarakanku,menahan lariku untuk menemuinya. Ini musim dingin yang sangat menyeramkan, cuaca yang sangat dingin dan hati yang hampir meledak karena rasa khawatir.
Tiba tiba ponselku berbunyi ,menyekal sunyi ditempat tersebut. Sebuah pesan masuk yang kuharap darinya namun bukan. nomor lain, susunan nomornya begitu rancu ,ponselku tak mengenalinya. Aku buka dan aku baca pesan itu, pesan itu ternyata berisi petaka. Kabar buruk darinya.
Hujan diluar sana hampir reda namun hujan berpindah dikelopak mata ini,begitu deras hingga isakan yang tercipta serasa menyayat hati ini,menumpahkan setiap kenangan manis ketika aku bersamanya. Setiap candanya yang selalu lucu. semuanya tertumpah disana.
Dia dan firasat ini semuanya benar sementara dingin suasana setelah hujan seperti mendramatisir rasa ini. hujan di mata ini tak dapat dibendung oleh apapun terus mengalir dan membanjiri pipi. Sesal yang teramat memakanku.
Seorang barista  menghampiriku dan bertanya. “Maaf ,Anda kenapa ?” . Aku tak menjawab ,aku berdiri mengemasi barangku yang tergeletak diatas meja kemudian menyekal air mataku dengan scraft itu kemudian berjalan menuju kasir.
Dia pergi,menuju tempat dimana semua orang membayangkan tempat tersebut indah, namun bagiku indah adalah kebersamaan kita yang jarang kita dapati, hanya sesekali dalam sebulan
Aku berlari ,sudah berada ditempat terbuka dan jalanan yang basah namun aku tak melihat pelangi. Dia menyimpan sakitnya hingga akhir dari dirinya. Dia begitu mengertiku yang mudah untuk khawatir.
Senja telah menjadi malam, untaian kenangan demi kenangan terurai dan dia telah berada disamping Tuhan-Nya mungkin dia sedang memperhatikanku.
Aku hanya ingin berterima kasih kepada dia, terima kasih untuk semuanya,setiap senyum tulus yang kau berikan ,usapan tanganmu dikepalaku yang lembut ketika aku bersamamu, terima kasih untuk pundakmu,sandaran ternyaman yang pernah aku temukan
Terima Kasih

cekungan yang merefleksikan

Cekungan yang merefleksikan semuanya kesegala arah adalah kamu
Pesonamu yang mungkin tak pernah mati
Bius dari semua kepalsuan yang selalu dihadapan
Cerita dari semua kata yang mampu terukir perlahan namun penuh arti
Semuanya , hingga kesalahan yang kau perbuat dapat kau putar balikkan hingga aku yang berubah menjadi sosok yang salah
Kamu adalah cekungan yang merefleksikan

Senja di Kota Lain

Cuaca disini cukup panas untuk membakar rindu kita dalam sekejap sepertinya
Begitu panas hingga minuman dinginmu kau habiskan dalam sekejap
Senja dikota lain ,dengan kita yang duduk dengan penuh canggung setelah sekian lama menunggu saat dimana kita bertatap muka
Entah bagaimana tadinya tapi perlahan dengan senyummu dan candamu rasa canggung yang meguasai segalanya tunduk menjadi keramah tamahan dan tawa yang lepas
Senja dikota lain, tak ada sendu didalamnya,hanya kamu dan candamu. Begitulah kau pandai membuatnya seperti itu
Senja dikota lain, tak seperti senja senja sebelumnya . sekalipun matahari terbenam hampir diujung sana aku melihat lain,sesuatu yang terbit dari matamu,… ya,itu cinta
Detik seperti tak terasa ,bahkan jam yang kita lewati hanya seperti angin lalu,dan kita masih disana dimana hanya senja yang menyinari kita
Hingga tepat dimana senja berakhir dan keluar kata “sampai jumpa lagi” yang kamu ucap dan tertuju padaku

Krisan IV

Bulan berganti aku sudah tak tahu apa yang terjadi dengan Krisan, Sejak pertemuanku yang terakhir dengannya di minimarket itu. Aku masih saja cemburu dengan pria yang ditunggu oleh Krisan . Siapapun dia, dia telah sukses membakarku dengan mudahnya seperti daun daun yang mengering dikemarau panjang.
Beberapa hari yang lalu sahabatku mengadakan pesta kecil dirumahnya. Aku datang kepesta itu , pesta kebun yang sederhana . Suasana di pesta itu cukup menyenangkan,kado yang tertumpuk cukup tinggi di depan pintu, pianis yang bermain dipojok taman dengan lagu cintanya, orang orang saling berbagi cerita satu sama lain,dan aku berada disebuah pelataran dekat pitu masuk bersama beberapa teman temanku. Suasana yang benar benar menyenangkan. Angin bertiup mendayu pada malam itu, pada saat itu aku benar benar sedikit tenang,tanpa krisan diotakku.
Sampai suatu saat dimana detik berhenti ketika ada wanita cantik datang, dia menaruh kadonya dan mengisi buku tamunya. Dia menggunakan gaun malam yang simpel tapi nampak pas untuk dirinya. Mata indahnya melihat sekeliling mencari seseorang, bibir tipisnya berbicara pada seseorang seperti bertanya. Mengagumkan
Dia berjalan dengan begitu anggun seperti angsa yang berenang disebuah danau yang tenang. Aku masih merasakan pesona magis yang sama seperti saat aku pertama kali bertemu dengannya . Ya, dia adalah Krisan, dia datang sendirian tanpa pria itu disampingnya.
"Sudahlah ,aku tak mau berfikir tentang itu malam ini" Pikirku malam itu
Aku bercanda dengan temanku waktu itu,begitulah caraku agar aku tak mempedulikan Krisan. Tapi sesekali aku menengok mencarinya, dia sudah menghilang di kerumunan. Dia menghilang seperti serigala yang bersembunyi pada kabut tebal, aku tak mampu menemukannya.
Karena sudah terlalu lama berdiri aku ingin beristirahat dan sendiri. Aku duduk di pojok anak tangga penghubung taman dengan beranda rumah tersebut. Pianis masih memainkannya lagu cintanya , aku menunduk dan melamun memikirkan Krisan.
"Hai, akhirnya kita bertemu lagi." Krisan yang tiba tiba datang dan duduk disebelahku tanpa memikirkan gaun pendek indahnya akan kotor
"Ya,cukup lama untuk tidak sengaja selalu bertemu disebuah minimarket sepertinya" Jawabku
Krisan tertawa kecil kemudian dia mengulurkan tangannya dan berkata , : ” Aku Krisan , senang mengenalmu”
haha, ya kita berkenalan disana,setelah itu kami saling berbagi cerita, kami tertawa bersama. sepanjang malam itu aku bersama Krisan. Aku berbagi canda dengannya. Aku benar benar menikmati cantiknya tanpa canggung sedikitpun. Bulan sabit menggantung dilangit langit,di malam ku dengan Krisan, ya sepertinya semesta tersenyum untuk kebersamaan kita malam itu. malam dimana aku dengan Krisan

Krisan III

Hari ini aku duduk di mini mart seperti biasanya,menikmati minuman dinginku. Krisan ? entahlah .Sudah hari ke sekian aku tak melihatnya. aku Duduk memikirkannya. Aku menyulut rokokku kemudian tanpa aku melihat sekitar. Aku mendengar kursi yang ditarik mundur. Aku tau di seberangku ada yang duduk sekarang. aku menengoknya,dan…..
"Hai"
Krisan tersenyum, ya didepanku ada krisan, KRISAN DUDUK DIHADAPANKU, astaga. Dia seperti biasanya,selalu cantik dengan senyumnya,Dia jauh lebih cantik daripada senja.
"i-iya." , Aku terbata
"Kamu kenapa ?" Krisan Bertanya
"Bu-bukan apa apa, disini hanya terlalu panas" Jawabku sebisanya , kemudian krisan hanya tersenyum
Kami saling diam , Krisan terus menatap Ponsel-nya ,seperti menunggu seseorang tapi entahlah. Mungkin pangerannya ,aku tak tahu tapi sepertinya begitu. Dia menunggu dengan resahnya
Sesaat kemudian ketika aku sibuk dengan sms dari beberapa kolegaku seseorang menghampiri krisan, Pria tinggi tampan dengan ribuan pesonanya yang memancar , Bahkan aku tak mengetahui pria ini siapa.
"Krisan ini milikku , kenapa denganmu ?" pecundangnya aku yang hanya meneriakkan itu dalam hatiku.
Aku tak tahu, cemburu mulai menggerogoti siangku yang berhadapan dengan Krisan. Entah siapa dia,dia berhasil menghancurkan bahagiaku. Aku langsung beranjak tanpa mencari kepastian siapa pria ini
Semoga dia bukan yang memiliki Krisan. Semogaku yang tertahan di kerongkonganku, entahlah . Aku hanya menjauh tanpa mengucapkan selamat tinggal pada Krisan yang sepertinya benar benar menunggu pria ini . Aku yang berjalan menjauh dari krisan dengan memikul ribuan cemburuku
Krisan ini milikku,hanya milikku

Krisan II

Hari berlalu dan aku masih memupuk keberanianku untuk memulai sebuah pembicaraan dengannya. Aku ? Aku tetap hidup beserta segala kagumku tentang dia
"Krisan ! lihatlah aku disini, lihatlah aku"
Teriakku dalam hati yang aku tujukan kepada Krisan yang selalu sibuk bercanda dengan temannya . Hanya hati ini yang mampu berteriak, mulutku sama sekali tidak. semuanya seperti terpaku setiap aku menatapnya.
Lambat laun aku memaksa hatiku untuk berani, aku harus memilih sebuah tindakan ,hari ini atau tidak sama sekali. Aku mencoba menata kata demi kata untuk memulai pembicaraan dalam otakku. Memikirkan setiap kataku,agar tidak menyinggung atau membuatnya terganggu. aku benar benar memikirkannya . Sampai tiba tiba….
"Hai"
Kata itu,hanya kata itu yang mampu kukeluarkan saat memulai pembicaraan . Astaga dia membekukanku sekali lagi dengan parasnya ,aku seperti dibodohi hanya dengan parasnya.
Apa yang terjadi pada Krisan ? Dia tersenyum , untuk pertama kalinya senyumnya ditujukan untukku. Tuhan seperti menggambarkan betapa indahnya taman eden dengan senyum Krisan. Sejenak kemudian Krisan menjawab dengan lembut..
"Ya ?"
Astaga dia menjawabnya. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan . Namun aku tak tahu kenapa tiba tiba badanku berbalik dan berjalan menjauh dari Krisan. Mungkin aku masih terlalu gugup untuk menghadapinya
Aku pikir hari ini adalah baik. aku berani memulai sebuah pembicaraan dengannya meski tak cukup berarti . Aku akan memngingat hari ini. hari pertama Krisan mengucapkan kata dan melempar senyum kepadaku
Krisan,semoga kaulah temanku yang aku ajak berbagi cerita saat aku tua yang dimulai dari satu katamu hari ini, “YA”

Krisan

Dia adalah yang indah kumpulan dari segala yang indah. Dia tidak hanya seperti seikat mawar yang ia pegang ,jauh lebih indah daripada itu . Bahkan aku tak percaya sedikit senyumnya dapat membuatku menanggalkan kesemuanya, segala penat yang aku pikul. Itulah dia dan hebatnya
Yang berjalan perlahan melintasi aku,saat aku hendak menikmati minuman dinginku didepan sebuah minimarket. Entah kenapa waktu berjalan sangat lambat pada saat itu,hingga aku memperhatikan setiap detil darinya. Cara dia berjalan ,senyum tipis dan parasnya yang manis
Dia tidak seperti senja yang hanya begitu saja terlewatkan. Dia membayangiku disetiap saat aku mengosongkan pikiranku. Hanya dia entah kenapa
Suatu hari dimedia sosialku.dia muncul sedang bercengkrama dengan teman, atau sahabatnya , entahlah. Disana aku melihatnya untuk kedua kalinya.
Seperti biasa ,aku hanya melihatnya berlalu dan bercengkrama dengan temannya . menutupi segala kepengecutanku terhadapnya, aku keluar dari sana
Hari hari berlalu dan kami tak saling mengenal ,masih seperti itu dan begitu begitu saja. Mungkin ini yang dinamai orang jatuh cinta tapi aku harap ini hanyalah rasa kagumku yang berlebih terhadapnya . Krisan

Senja Juta Citra

Inikah senja yang kalian anggap indah ?
Yang sinarnya begitu sayu,seperti tanpa pengharapan
Inikah senja yang kalian anggap sempurna ?
Yang tertutup mega sebagian ,yang cahayanya hanya mendongak ke atas
Inikah senja yang kalian anggap romantis ?
Yang bahkan seperti dia menghindari bumi, yang menarik kegelapan masuk
senja dan sejuta pencitraan dirinya,membiusmu masuk kedalamnya terlalu dalam
Menjebakmu dalam ketemaraman,meniupkan dingin dari lereng lereng gunung
Inikah sebenarnya senja yang kunikmati ? Indahnya

Inilah Rindu

Inilah rindu yang sulit,dimana diam hanya yang bisa diungkapkan, hanya luka yang dapat dibasuh
Inilah rindu yang pedih, tak peduli kapanpun itu dia menyerang, membelah otak,merogoh masa lalu dan memutarnya kembali
Inilah rindu yang munafik , yang tak dapat mengakui dirinya rindu ,yang hanya berdiam menikmati sakitnya
Inilah rindu yang berlebih,yang telah tertumpuk tinggi,yang sudah rentan untuk roboh tapi masih selalu ditambah dan bertambah
Inilah rindu yang tanpa akhir, yang hanya bertambah tanpa pernah tertambat dan terluapkan
dimana sabar yang menopang dan menjadi harapan

Pagi yang Masih Larut Jauh Setelah Senja

Pagi yang larut jauh setelah senja
Aku yang bergeming diambang batas dosa meratapi segalanya yang terjadi
Bangku bangku yang dingin diselimuti embun ,tempat dimana aku duduk ditaman kota ini
Lampu yang berpendar temaram kini telah padam meski cahaya matahari belum menyusup di gerombolan gelap pada hari yang disebut pagi
Aku terdiam disini menikmati semua keheningan ini ,diam menatap segala aktifitas disekitarku
Para pelacur yang bercanda diheningnya pagi
Para gelandangan yang terlelap menghindari kemunafikan dunia ini
Para kuli yang sibuk memberesi tenda tenda makan yang berjajar mengelilingi
dan Aku hanya menatap nanar pada cerminan diriku dikaca kecil pada motorku
Rasa lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup lama tak sedikitpun menyayukan mataku
Meski aku melamunkanmu yang tlah berlalu ,kenangan yang sudah dianggap basi untuk dikenang tak membosankan otakku
Bulan bersinar tak utuh seperti menertawaiku,seperti membaca otakku ,menggali kenanganku bersamamu,seperti membuka kotak hitam yang tak seharusnya terbuka dan kini telah terbuka seutuhnya
Entah kenapa aku disini ,tak seperti biasanya , ceria dan penuh canda
Bagaimanapun aku tak berdaya jika ada yang sedih dihadapanku
Bagaimana aku dapat menghibur seseorang jika aku tak mampu menghibur diriku sendiri
Sekalipun aku menggunakan topeng annonymous,orang akan melihat gerakku dan membacanya ,aku lesu dan bahkan aku tak mampu mengistirahatkan diriku
Aku tak pernah menyalahkan dirimu , memang aku yang terlalu menekan mimpiku terhadapmu
Terbanglah,lupakan aku ,biar aku disini sendiri menjaga harap yang tetap kupegang erat selain pistol ditangan kiriku

bukan siang dan kopiku yang dingin

terlalu siang untuk mengucapkan selamat pagi tapi tak cukup terang untuk dikatakan siang
rinai rinai rindu di lingkaran lengannya mengikatku,membisukan langit langit yang kuharap bercahaya
sisa sisa embun yang tercipta dari dari kemesraan fajar dan dingin membuatku iri,titik jenuh dari aku kamu yang terbungkus basa basi keakraban yang masih bisa dipanggil kita
kopi panas yang mendingin diatas meja dan beberapa batang rokok yang tergeletak begitu saja menenangkanku dimana aku tahu alkohol sekalipun tak dapat membuatku tenang
simpul senyum yang seperti sihir dengan mudahnya menawarkan semua ambisiku dan marahku untuk membencimu
aku tak tahusemudah itu kamu membuat semua itu menjadi berbalik
mata kecilmu yang lucu seraya menempel disetiap sudut dinding tempatku saat ini mengawasiku dan tak membuatku begitu nyaman untuk menikmati kopiku yang dingin
sekarang aku tak tahu apa yang dapat aku lakukan selain menunggu diriku melemah dan terkapar di lantai lantai ketidak mampuan dan menunggumu mengulurkan tanganmu,memberiku semangat dan menggerakkan setiap darah pada nadi nadiku yang membatu

Tiadakanku

hancurlah
hati yang sebenarnya penuh dengan keretakan dan mungkin sudah tak layak
dimana ribuan sayat terbentuk dari belati menghiasinya
musnahlah
harapan yang mungkin jumlahnya ribuan … tidak jutaan
yang terbentuk dari sebuah khayalan dan dimusnahkan hanya dengan satu kenyataan
menghilanglah
satu sosok yang aku puja ,yang aku banggakan meski tak pernah memberikan timbal baliknya
yang tersenyum disetiap fajar ,yang menertawai senja ,yang bersinar temaram dibalik sebuah kabut kepedihan
cinta yang sulit dipertahankan,tapi aku mencoba untuk mempertahankan meski hanya ditopang harapan
kelambu kepedihan yang mungkin saat ini menutupiku,mengikat setiap oksigen dalam ruang yang semu,membiarkanku melemas kehabisan nafas, yang setia menunggu kematianku dengan cara yang tidak terbatas
jika kau berkata jarak bukanlah halangan ,aku menjawab lidahmu adalah sebuah rintangan, aku tidak tahu kau mengarahkanku kemana dengan itu ,dengan akhir hanya mendorongku ke jurang yang berbatu
sampai kapan kau memenjarakanku,rangkaian rantaimu cukup kuat mengikatku, membuatku hanya pasrah terpaku dan hanya membisu

Untukmu yang Mengerti

Aku,mengenal apa itu jatuh cinta darimu, melihat senyummu di layarku,merasa cemburu disetiap pembicaraanmu
Aku merasakan apa itu perhatian, bukan dari seberapa seseorang mengkhawatirkanku,tapi dari kamu,yang selalu mengerti apa mauku
Aku yang kau buat untuk menertawai sebuah hari,saat aku bisa merengkuh hatimu,untuk dirayakan suatu saat,tapi aku ingin merayakannya setiap saat
Aku tau,disetiap manjamu,kamu menginginkanku hadir,bukan hanya untuk memelukmu erat, tapi untuk memperhatikan matamu saat kamu memulai cerita lucumu
Kamu yang berusaha memenjarakanku didalam penjara hatimu, meski tak kau ketahui, aku sudah terpenjara olehmu sejak awal aku melihatmu
Aku,manusia yang tak pernah bisa mengembalikan waktu, aku tak akan menyesali yang terjadi,karna …. aku tahu kamu,orang yang paling mengerti

Rinai Emosi dan Ingatan yang kembali

hari ini aku terpojok disalah satu sisi dunia
menatap keremangan cahaya lampu terujung dari sebuah kota
ketemaraman senja yang telah lama sirna
menerobos setiap sisi ruang dan waktu yang telah aku lalui
menjajah kenangan yang mungkin terlewati
kala saka tak bergeming ,bayang dirimu menjadi nyata,tersenyum disana dan aku berdiri disini
menyadari semua ini hanyalah aku yang terjaga kembali setelah sekian senja tak kulalui
aku disini menatap bulan sabit yang tampak seperti belati
menyayatku,setiap jengkalku yang menantimu
kemarilah,aku menunggumu ditempat yang sama
dimana semua orang mengenaliku tapi mereka tak tahu, itu aku
aku memainkan setiap putung rokokku,yang aku sulut tapi tak kuhisap kembali
kembalilah disini,.. menikmati aroma tanah ,memori salatiga setelah hujan akan terulang kembali

beda ... khayalku dan kenyataanmu

bukan sebuah penghalang perbedaan yang selalu kamu banggakan,melainkan sesuatu yang harus diretas dan dijabarkan
beda bukan berarti sesuatu yang menghalangi mimpiku atau logika yang selalu kau tinggikan
aku mencintaimu meski banyak beda yang menghalanginya,
aku adalah venus dengan segala bentuk awan violetku dan kamu mars dengan merah tegas yang memang dirimu
sedikitpun tidak , aku dan kamu yang dihalangi tembok beku tinggi dan luas ini merasa takut jika saja logikamu dapat menguatkan mimpiku
aku yang berdiri tempat dimana sang surya tak sedikitpun berani bergeming atas usahaku menghancurkan beda ini menerjang logikamu
dengarkanlah doaku yang kuucap di setiap malam malamku,mendoakanmu ,memohon kepada Tuhan menciptakan mimpi yang sama diantara kita yang mungkin dapat mematahkan logikamu
pertemuan yang pernah terjadi ,mata yang bertemu dan hati yang tak dapat menyatu, mengkaitkan pesimis atas ketidak mampuanku untuk menggapaimu dengan sayap sayapku yang hampir patah seperti lilin yang jatuh ke tanah
diakhir ungkapanku malam ini,semoga kamu mengerti ,mimpi dan logika memiliki kesamaan.. sama sama hanya sesuatu yang fana,hanya usaha kita yang mampu menjadikannya nyata… ya,.. hanya kita

Sekapan Dingin Diantara Jarak

diantara 57.5 KM ini aku bersajak
dibalik sekapan dingin yang menyelimutiku saat ini
aku merindumu dewi bumi yang aku cari disekat sekat kenangan kita
jarak adalah penghalang ,dan dingin ini adalah mesin waktu bagiku saat ini
aku mengingatmu disetiap saat aku menyeduh kopi panasku dimalam malamku
aku mengingatmu melalui lantunan lagu yang pernah kamu berikan kepadaku
saat ini aku duduk dimeja kantorku penuh dengan tatapan kosong ,menatap pintu jika mungkin kamu datang tiba tiba dari pintu itu
merasakan sedikit saja keberadaan mu
aku menunggumu disetiap minggu pagiku
kamu yang membiasakanku ,terbangun diminggu yang terlalu pagi,dan kebiasaan itu masih ku lalui sampai saat ini
meskipun sekaran aku menikmati susu coklat panasku sendirian
sekarang,aku ingin membiarkanmu terbang bebas bersama seribu anganku terhadapmu
terbanglah,gapai semua yang kau inginkan
aku akan tetap disini ,bersama daun daun yang gugur disepanjang kartini
aku akan tetap disini ,bersama suasana dingin yang menyelimuti kota ini
aku akan tetap disini, menantimu kembali

salatiga setelah hujan

salatiga setelah hujan
dingin yang menusuk tulang
genangan air yang merefleksikan bulan,awan dan bintang
salatiga setelah hujan
sunyi dan tenang,tak ada keraguan hanya kekelaman
otak yang mulai tenggelam dalam angan yang suram
salatiga setelah hujan
sisa sisa tetesan hujan yang tergantung diatas daun daun muda
gejolak jiwa yang meronta paksa
salatiga setelah hujan
hanya aku yang memusatkan semuanya dalam keheningan
tak satupun makna kata yang terukir kecuali kenangan
salatiga setelah hujan
memamaksa memacu hati yang hampir beku untuk kembali bergerak
meski semuanya terasa berat dan nampak sesak
salatiga setelah hujan
aroma tanah basah yang memaksa untuk mengingat
kembali melamunkan yang telah berlalu,tanpa penghalang,menghujam dan mengingat
salatiga setelah hujan
mungkin saja masih kita nikmati bersama dengan jarak
tak tertepiskan dari segalanya,merindumu yang telah berlalu
salatiga setelah hujan
berharap masih tersimpannya kunci pandora yang pernah kuberikan
sampai suatu hari kau kembali dan mengambil isi dari kotak pandora itu
hati yang terkunci rapat dengan serpihan kelopak krisan yang pernah kau taburkan

gerak kecil tangan bumi

bergerak hanya untuk melupakanmu,menanti saat dimana aku akan benar benar dapat melupa
engkau sang matahari yang selama siang engkau menyilaukanku…
dikala senja menyapa saat dimana engkau tenggelam diufukku
begitu indah hingga setiap insan yang berjodoh menikmatimu depan pelukan hangat mereka
aku mencintai engkau matahari yang aku puja meskipun cahayamu tak hanya menyinariku
meskipun engkau tak dapat kurengkuh karena dapat membakarku
aku mencintaimu meski awan mencoba menutupiku dari cahayamu yang membangkitkan semangat hidupku
aku akan selalu haus akan kasihmu meski hanya harapan kau dapat menyinari setiap saat
mungkin aku telah dibutakan oleh silau yang kau pancarkan…

surat dari bulan kepada bumi

aku adalah bulan yang mencintaimu,dan mengasihimu dengan cahayaku yang redup
aku adalah bulan yang sebenarnya jauh lebih dekat dari matahari,dengan ukuranku yang jauh lebih kecil bukan berarti kamu menganggap jarakku dengan matahari sama,dengan volume yang sama
aku adalah bulan yang berputar mengelilingimu dan membelakangi matahari,memberi ketemaraman kepadamu setelah silau kau hadapi ,untuk menyamankan setiap makhluk yang terlelap didalammu dan memberikan sedikit cahayaku untuk mereka yang menikmatiku
aku adalah bulan yang mengawasimu,yang membiarkan awan menari diatasmu ,memberi tetesan hujan kepadamu,mendinginkanmu setelah kemarau panjang kau lewati
aku adalah bulan yang setia menantimu untuk berdansa denganku mengitari bimasakti ini

bumi dan kemarau panjangnya

ini kisah dari awan,awan yang diciptakan oleh panasnya cahaya matahari dan dinginnya embun yang diciptakan bulan yang dikumpulkan oleh bumi,awan terbentuk darinya
disaat siang,matahari dapat sangat terik dan dapat membakar setiap rumput rumput kering yang ada dibumi,awan mencoba menutupi dan bumi merasa tidak nyaman,karna menurut bumi,itu salah satu cara agar dia dapat melihat matahari,.. dan sering kali awan memilih untuk menghilang dan pergi walaupun awan takut terjadi sesuatu terhadap bumi
dimalam hari,awan lebih memilih menghilang,membiarkan bumi menikmati indahnya cahaya bulan yang begitu temaram,seperti malam ini,akan tetapi terkadang gerak angin menarik awan untuk menutupi bumi,mungkin bulan melihat awan ini bergerak sendiri untuk menghalangi sinarnya dari bumi,tapi tidak,angin yang membawa dia datang
cerita ini adalah tentang musim kemarau,dimana ada siang yang begitu terik dan malam yang begitu dingin,pergerakan angin yang begitu pelan membuat awan begitu sulit bergerak dan sering dia menaruh dirinya pada saat yang salah
ini adalah tentang awan yang hidup dikemaraunya matahari,dimana dengan panasnya dia bisa menguraikan awan,memecah awan yang berusaha meneduhkan bumi
ini tentang bulan yang tenang,dimana hanya bersinar dengan sedikit cahayanya dipenutupan bulannya,dengan kesabarannya,dia menunggu bumi sampai bumi siap untuk berdansa dengan bulan
dan yang tertuju pada bumi yang berotasi,berusaha dan berputar,tentang setiap pergerakkannya yang tak dapat dimengerti oleh ketiganya
dan ini tentang awan yang selalu bergerak untuk mengawasi setiap sisi bumi,menjaga bumi sampai dia siap dan berkata; “aku baik baik saja”

Tuesday 13 May 2014

teratai yang menanti hujan

percumah kah sebuah teratai yang berkembang di danau yang hampir mengering? kehidupannya bergantung kepada angin yang membawa awan ditengah kemaraunya yang panjang,jika hujan tidak segera turun,danaunya yg memberi kehidupan baginya akan mengering,dia akan mati jika danau yg dia tempati hanya menjadi kubangan lumpur yang kotor,daunnya akan menguning dan membusuk

secarik tulisan diantara kesunyian

matahari terbenam 8 jam yang lalu,aku terjaga dibalik awan yang terbungkam oleh cahaya bulan
melihat embun terbentuk disetiap pucuk pucuk daun kamboja,seakan melihat pengharapan yang tersia sia,andaikan embun itu terbentuk di sebuah daun semak semak di gurun yang gersang maka semak semak itu akan berharap semoga embun yang terbentuk jatuh ke tanah dan memberi sedikit harapan hidup untuknya