Wednesday 14 May 2014

Firasat

Aku tidak pernah tahu apa yang kupedulikan, angin merayuku dengan bisikan sementara mentari dengan gagahnya masih bersinar meski tak membantu menghangatkan suhu dijalanan ini
Ini benar benar musim dingin dimana cerah sekalipun masih ada awan awan yang masih menari diatasnya,pohon pohon sudah gundul dan daun kering masih berserakan dijalanan ini. Orang orang disekitarku mengenakan jaket tebalnya berjalan dengan sibuk seperti ada tuntutan yang menarik mereka untuk bergerak.
Aku hanya mengenakan scraft merah yang lusuh,jaket kulit ,sepatu boot dan skinny jeans duduk dibangku yang berkerangka besi dan kayu keras sebagai tempat duduknya,aku disana memandangi mereka, mengagumi kesibukan mereka karena aku masih tak mengerti apa yang harus aku lakukan.
Aku tidak merasakan dingin,sama sekali tidak,karena hati ini mungkin sudah terlalu hambar untuk sebuah rasa. Hanya ada rindu disana.
Tiba tiba sesuatu megusik hatiku,entahlah,
“perasaan apa ini ?” Batinku berbisik tak nyaman.
Angin mendadak bergemuruh,awan yang tadinya masih bisa ditembus surya kini menjadi gelap gulita seraya membawa bahaya,perasaan tak tenang ini semakin menjadi.
Titik air mulai turun, dimulai dari rintik sekarang telah menjadi badai yang berisik
Aku berteduh disebuah coffeshop disekitar situ,memesan latte dan sepotong cake coklat yang memang favoritku sembari menunggu hujan ini berlalu
Aku melepaskan scraftku yang sedikit basah dan menaruhnya begitu saja diatas meja yang cukup lebar ,aku menggosokkan kedua tanganku kemudian menaruhnya dileherku untuk mencekal dingin yang terlalu ,kemudian tiba tiba aku mempedulikan scraftku ,aku melihatnya. Firasat itu kembali.
“Jangan,kumohon firasat buruk ini tidak untuk dia Tuhan” bisikku dalam hati
Beberapa hari ini memang kita tidak saling menghubungi,karena mungkin memang kita terlampau sibuk untuk pekerjaan kita masing masing, tapi ini weekend dan dia masih tidak menghubungiku,kenapa ? Ada apa ini ? Kenapa aku dihantui oleh firasat buruk ini ?
Kuraih ponselku,mencari namanya di ponselku ,kemudian tanpa ragu aku menekan dial, namun nomornya tidak dapat dhubungi. Panik ini semakin menjadi sementara hujan seperti menertawai
kadang seperti itulah perasaan, entah ilusi atau apapun itu kita akan selalu mengimaninya
Aku tak mengerti,cake yang seharusnya rasanya manis kini telah berubah seperti tanpa gula. Jikapun aku dapat meneleportasi diriku aku akan langsung berpindah memastikan dia baik baik saja
Hujan menjadi badai ,suara ribut yang ditimbulkan hingga menembus kaca peredam suara yang mengililingi tempat ini, titik airnya menempel membuat kaca kaca dicoffeshop tersebut basah
Masih belum ada kabar darinya sementara ponselku sudah hampir mati,hujan ini memenjarakanku,menahan lariku untuk menemuinya. Ini musim dingin yang sangat menyeramkan, cuaca yang sangat dingin dan hati yang hampir meledak karena rasa khawatir.
Tiba tiba ponselku berbunyi ,menyekal sunyi ditempat tersebut. Sebuah pesan masuk yang kuharap darinya namun bukan. nomor lain, susunan nomornya begitu rancu ,ponselku tak mengenalinya. Aku buka dan aku baca pesan itu, pesan itu ternyata berisi petaka. Kabar buruk darinya.
Hujan diluar sana hampir reda namun hujan berpindah dikelopak mata ini,begitu deras hingga isakan yang tercipta serasa menyayat hati ini,menumpahkan setiap kenangan manis ketika aku bersamanya. Setiap candanya yang selalu lucu. semuanya tertumpah disana.
Dia dan firasat ini semuanya benar sementara dingin suasana setelah hujan seperti mendramatisir rasa ini. hujan di mata ini tak dapat dibendung oleh apapun terus mengalir dan membanjiri pipi. Sesal yang teramat memakanku.
Seorang barista  menghampiriku dan bertanya. “Maaf ,Anda kenapa ?” . Aku tak menjawab ,aku berdiri mengemasi barangku yang tergeletak diatas meja kemudian menyekal air mataku dengan scraft itu kemudian berjalan menuju kasir.
Dia pergi,menuju tempat dimana semua orang membayangkan tempat tersebut indah, namun bagiku indah adalah kebersamaan kita yang jarang kita dapati, hanya sesekali dalam sebulan
Aku berlari ,sudah berada ditempat terbuka dan jalanan yang basah namun aku tak melihat pelangi. Dia menyimpan sakitnya hingga akhir dari dirinya. Dia begitu mengertiku yang mudah untuk khawatir.
Senja telah menjadi malam, untaian kenangan demi kenangan terurai dan dia telah berada disamping Tuhan-Nya mungkin dia sedang memperhatikanku.
Aku hanya ingin berterima kasih kepada dia, terima kasih untuk semuanya,setiap senyum tulus yang kau berikan ,usapan tanganmu dikepalaku yang lembut ketika aku bersamamu, terima kasih untuk pundakmu,sandaran ternyaman yang pernah aku temukan
Terima Kasih

No comments:

Post a Comment