Aku tidak pernah tahu apa yang kupedulikan,
angin merayuku dengan bisikan sementara mentari dengan gagahnya masih
bersinar meski tak membantu menghangatkan suhu dijalanan ini
Ini
benar benar musim dingin dimana cerah sekalipun masih ada awan awan yang
masih menari diatasnya,pohon pohon sudah gundul dan daun kering masih
berserakan dijalanan ini. Orang orang disekitarku mengenakan jaket
tebalnya berjalan dengan sibuk seperti ada tuntutan yang menarik mereka
untuk bergerak.
Aku hanya mengenakan scraft merah yang lusuh,jaket
kulit ,sepatu boot dan skinny jeans duduk dibangku yang berkerangka besi
dan kayu keras sebagai tempat duduknya,aku disana memandangi mereka,
mengagumi kesibukan mereka karena aku masih tak mengerti apa yang harus
aku lakukan.
Aku tidak merasakan dingin,sama sekali tidak,karena hati ini mungkin
sudah terlalu hambar untuk sebuah rasa. Hanya ada rindu disana.
Tiba tiba sesuatu megusik hatiku,entahlah,
“perasaan apa ini ?” Batinku berbisik tak nyaman.
Angin mendadak bergemuruh,awan yang tadinya masih bisa ditembus surya
kini menjadi gelap gulita seraya membawa bahaya,perasaan tak tenang ini
semakin menjadi.
Titik air mulai turun, dimulai dari rintik sekarang telah menjadi badai yang berisik
Aku berteduh disebuah coffeshop disekitar situ,memesan latte dan
sepotong cake coklat yang memang favoritku sembari menunggu hujan ini
berlalu
Aku melepaskan scraftku yang sedikit basah dan menaruhnya
begitu saja diatas meja yang cukup lebar ,aku menggosokkan kedua
tanganku kemudian menaruhnya dileherku untuk mencekal dingin yang
terlalu ,kemudian tiba tiba aku mempedulikan scraftku ,aku melihatnya.
Firasat itu kembali.
“Jangan,kumohon firasat buruk ini tidak untuk dia Tuhan” bisikku dalam hati
Beberapa hari ini memang kita tidak saling menghubungi,karena mungkin
memang kita terlampau sibuk untuk pekerjaan kita masing masing, tapi ini
weekend dan dia masih tidak menghubungiku,kenapa ? Ada apa ini ? Kenapa
aku dihantui oleh firasat buruk ini ?
Kuraih ponselku,mencari
namanya di ponselku ,kemudian tanpa ragu aku menekan dial, namun
nomornya tidak dapat dhubungi. Panik ini semakin menjadi sementara hujan
seperti menertawai
kadang seperti itulah perasaan, entah ilusi atau apapun itu kita akan selalu mengimaninya
Aku tak mengerti,cake yang seharusnya rasanya manis kini telah
berubah seperti tanpa gula. Jikapun aku dapat meneleportasi diriku aku
akan langsung berpindah memastikan dia baik baik saja
Hujan menjadi badai ,suara ribut yang ditimbulkan hingga menembus
kaca peredam suara yang mengililingi tempat ini, titik airnya menempel
membuat kaca kaca dicoffeshop tersebut basah
Masih belum ada kabar darinya sementara ponselku sudah hampir
mati,hujan ini memenjarakanku,menahan lariku untuk menemuinya. Ini musim
dingin yang sangat menyeramkan, cuaca yang sangat dingin dan hati yang
hampir meledak karena rasa khawatir.
Tiba tiba ponselku berbunyi ,menyekal sunyi ditempat tersebut. Sebuah
pesan masuk yang kuharap darinya namun bukan. nomor lain, susunan
nomornya begitu rancu ,ponselku tak mengenalinya. Aku buka dan aku baca
pesan itu, pesan itu ternyata berisi petaka. Kabar buruk darinya.
Hujan diluar sana hampir reda namun hujan berpindah dikelopak mata
ini,begitu deras hingga isakan yang tercipta serasa menyayat hati
ini,menumpahkan setiap kenangan manis ketika aku bersamanya. Setiap
candanya yang selalu lucu. semuanya tertumpah disana.
Dia dan firasat ini semuanya benar sementara dingin suasana setelah
hujan seperti mendramatisir rasa ini. hujan di mata ini tak dapat
dibendung oleh apapun terus mengalir dan membanjiri pipi. Sesal yang
teramat memakanku.
Seorang
barista menghampiriku dan bertanya. “Maaf ,Anda
kenapa ?” . Aku tak menjawab ,aku berdiri mengemasi barangku yang
tergeletak diatas meja kemudian menyekal air mataku dengan scraft itu
kemudian berjalan menuju kasir.
Dia pergi,menuju tempat dimana semua orang membayangkan tempat
tersebut indah, namun bagiku indah adalah kebersamaan kita yang jarang
kita dapati, hanya sesekali dalam sebulan
Aku berlari ,sudah berada ditempat terbuka dan jalanan yang basah
namun aku tak melihat pelangi. Dia menyimpan sakitnya hingga akhir dari
dirinya. Dia begitu mengertiku yang mudah untuk khawatir.
Senja telah menjadi malam, untaian kenangan demi kenangan terurai dan
dia telah berada disamping Tuhan-Nya mungkin dia sedang
memperhatikanku.
Aku hanya ingin berterima kasih kepada dia, terima kasih untuk
semuanya,setiap senyum tulus yang kau berikan ,usapan tanganmu
dikepalaku yang lembut ketika aku bersamamu, terima kasih untuk
pundakmu,sandaran ternyaman yang pernah aku temukan
Terima Kasih