Wednesday 17 December 2014

Rumah, Laci Laci Kecil Di Kepalamu

Bumi perputar pada kisaran waktu yang tidak diketahui.
Mungkin kita akan menua dan mati.
Mungkin kita akan menjadi bangkai pada saatnya nanti.
Tetapi saat ini kita hidup dan tidak tahu untuk apa kita hidup.

Setiap hari yang telah berlalu, mereka tidak hilang.
Mereka tidak menguap seperti halnya genangan air dijalan jalan.
Mereka memiliki rumah, laci laci kecil dikepalamu.
Mereka bersembunyi disana, menantimu untuk membukanya.

Kenangan demi kenangan tersusun rapi didalam kepala.
Entah itu kenangan manis atau kenangan yang rasanya ingin kau lupakan.
Mereka hidup dan menantimu.

Aku tidak memintamu untuk mengingat hari dimana kita bersama.
Aku tidak memintamu kembali ke masa dimana masih ada rasa pada definisi kita.
Tetapi aku hanya ingin kau tahu.
Bahwa aku masih hidup didalamnya.
Disalah satu laci didalam kepalamu.
Aku hanya memohonmu untuk membuka laci disana.

Satu hari aku memohon untuk kamu mengembalikan kekitaan kita.
Kemudian aku terlengkapkan kembali dengan menggenggam tanganmu.
Kemudian kau boleh meninggalkanku.
Sebab mungkin saat itu aku sadar, bahwa kau tidak akan pernah kembali.
Bahwa aku hanya dandelion yang lepas dari tangkainya.
Aku harus terbang dan mencari tanahku.
Sebab kamu adalah tangkai dimana aku tidak dapat mengakar padamu.

Aku adalah dandelion yang terbang sebelum saatnya aku lepas dari tangkai yang kudekap.
 

3 comments: