Friday 26 December 2014

Rak Rak Buku Dan Kereta yang Berjalan Di Rel Tua

Pada rak rak buku yang berdebu, pernahkah kau menyadari satu hal ?
Yang tersisip disana adalah tulisan dari masa lampau.
Pada kertas kertas yang kecoklatan dan bau yang cukup aneh.
Lembar lembar yang tersisip disana adalah bagian dari kenangan yang bewujud nyata dan kau bisa dengan mudah membacanya.
Buku buku yang berbendel dan terjahit dengan benang.
Buku yang tebal, yang didalamnya masih menggunakan ejaan soewandi.
Apa kau memperhatikannya ?
Sesuatu yang tak kau perhatikan namun aku ingat setiap detilnya.
Begitulah kamu yang sedikitpun tak peduli apa yang ada disekitarmu.
Seolah kau hanya kereta yang melaju pada rel yang sudah tua.
Yang melewati segalanya tanpa memperhatikan apa yang ada disekitarnya.
Terkadang hanya melaju tanpa aba.
Baik memang jika kau terus berjalan maju.
Meninggalkan masa lalu yang sudah habis dimakan waktu begitu detik juga melangkah maju.
Tetapi ketahuilah, aku bagai matahari yang selalu bersamamu.
Menemanimu melangkah maju, terbit dan terbenam sebagai penanda waktumu.
Yang kau campakkan saat bosan dari hangatku.
Yang kau rindui saat dingin mendekap tubuhmu.
Aku yang menyapamu dipagi hari, berharap aku yang pertama mengucap itu dan kau mengingatnya. Tapi kurasa tidak.
Aku yang menulis baris baris indah, memujimu agar kau tahu, betapa aku jatuh diperaduanku. Padamu.
Namun kamu, kamu hanya gema pada muka muka danau.
Yang bergerak kemudian diam.
Diam yang menelanku dalam bimbang.
Bimbang yang membawaku pada satu titik yang melelahkan.
Aku hanya buku yang terselip pada rak tua berdebu, dimana kamu hanya melewatinya. Tanpa memiliki keinginan ingin mengetahui apa yang didalamku.
Kau kereta yang berjalan diatas rel tua dimana aku senja yang tak kau pedulikan cahayanya.

No comments:

Post a Comment