Tuesday 3 June 2014

Gaung Dawai Senja

Jingga, ketanpaanmu di senja masih saja jadi perkara. Kudengar bunyi air yang menggaung menetes dari pipi ini, dulu merindumu tak sesakit ini. Kini mendambamu menggurat luka, menyisihkan segala tawa yang dulunya hadir kini sirna ditelan durjana.
Senja berdawai dan kamu gaungnya. Tanpamu senja tak berirama, tanpamu senja tanpa jingga.
Kini malam hadir, bintang berderet membuat gugusan. indah senyummu hanya sampai disemburat senja yang terakhir. Aku benci ucap selamat tinggalmu saat senja dimusim panas, jarak bukan perkara mudah,sebab dekaplah yang kuinginkan darimu.
Aku benci dingin dimalam sebab tanpamu hangat tak lagi menyapa, tidakkah kau kasihan padaku yang ringkuk dalam gigil ? Beruntung hatiku tak dapat beku dan membatu, tempat kau hidup dan menari.
Sekarang aku mohon untuk kau kembali, senja telah merindukan jingga sejak lama. Aku mohon kau kembali, kau telah pergi tanpa alasan bagiku selamat tinggalmu hanya kiasan. Kembalilah dan satukan kembali indah senja dan jingga, bukankah kita ada karena restu semesta.

No comments:

Post a Comment