Friday 29 August 2014

Puisi yang Lelah

Ini adalah puisi yang lelah, yang baitnya tak tau arah.
Mengumpulkan sisa kata yang berserak dikepala, mematahkan segala rasa dan logika.

Ini adalah puisi yang lelah, yang bersandar dengan pasrah.
Tak ada arah kemana puisi ini akan bermuara, mungkin ketidak tahuan kini berharga.

Ini adalah puisi yang lelah, ya lelah. Aku.
Pojok yang tak disinari adalah tempat sembunyi dari kata yang tak bisa melompat dari tenggorokan.

Sebab ini puisi yang lelah, lelah bukan karena hidup melainkan hanya diam. Diam seperti bangkai yang hanya diam.

Anggap saja aku ini bangkai, yang bergerak saja tidak apa lagi merasa.
Hatiku busuk yang sekarang sudah mulai digerogoti belatung belatung sialan, maka anggap saja aku tak memilikinya.
Kau, nona dengan mata indah, tidakkah kau sedikit dikepalamu memikirkanku yang mulai membangkai di keterasingan ? Asing dari segala rasa yang dulu sempat aku miliki dan kau tinggalkan begitu saja.
Nona, aku mengaku, aku salah tidak menahanmu yang lari menjauh dariku. Bodohku tidak sadar kau ingin menjauh dariku yang dikuasai ego.
Nona, kumohon kembali dan maafkan aku. Ijinkan aku mengungkap sedikit rasa yang aku simpan.

Nona, sebab ini puisi yang lelah. Lelahku yang menunggumu.

No comments:

Post a Comment