Tuesday 9 September 2014

Kita Menelan Sepi

Mulutmu begitu indah dengan batang rokok yang kau selipkan diantara kedua jemarimu.
Mungkin pahit dunia tak sebanding dengan serakan alkohol dimeja kita menelan sepi.
Kamu tak peduli sekalipun sebagian orang menganggap kita kotor.
Kamu tak peduli karma sebab nasib telah menyeretmu didalamnya.
Malam tak pernah kau lewati dengan sepi, sebab hingar menemanimu hingga pagi.
Lampu menyorot kita sesekali dengan sadar yang hanya seujung kuku ini.
Kita akan kelantai dansa, untuk sedikit bergerak menikmati musik dan menumpahkan palsu kita seharian kepada dunia.
Dini hari selalu seperti ini, kau dan aku yang selalu ingin menelan sepi.

No comments:

Post a Comment